Wisata Religi di Pertapaan Santa Maria Rawaseneng,Temanggung
Alamat : Dsn Rowoseneng ,Ds Ngemplak, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah 56281l
Akses menujuke lokasi :
1.Menggunakan kendaraan umum yaitu dari Temanggung langsung naik angkot nomor 03 jurusan Temanggung-Rawaseneng dengan estimasi biaya Rp.8000
2.Menggunakan kendaraan pribadi yaitu dari Temanggung ke utara ke Kandangan lalu ke Kandangan ke utara menuju Rawaseneng Rp.15.000
Tidak ada biaya untuk masuk,namun untuk masuk ke area Pertapaan Rawaseneng harus memintaizin terlebih dahulu kepada pengelola.
Akses masuk menuju Pertapaan Santa Maria Rawaseneng
Sejarah :
Pertapaan Rawaseneng berawal dari
keinginan Vikaris Apostolik Batavia Mgr. Antonio van Velsen, S.J. agar Pulau Jawa
memiliki biara dari Ordo Trapis (OCSO), dan pada bulan Maret 1928 ia
mengirimkan surat yang berisi keinginannya itu kepada Abbas Generalis OCSO
di Roma. Banyak hal, termasuk Perang Dunia II, yang menyebabkan permohonan tersebut
membutuhkan proses yang lama. Vikaris berikutnya, yaitu Mgr. Peter Willekens SJ, terus menjalin kontak dengan
Generalat OCSO agar permohonan pendahulunya dikabulkan. Mgr. Willekens mengkhawatirkan pandangan rendah
masyarakat akan "kerja tangan" yang mengakibatkan adanya "korban
pemerasan lintah darat". Oleh karenanya ia berharap bahwa kehadiran para
rahib Trapis yang mampu menafkahi diri sendiri dengan kerja tangan dapat
menjadi teladan yang baik bagi masyarakat.
Di Dusun Rawaseneng, para bruder Budi Mulia (Bruder Santa Maria dari Lourdes)
mendirikan Sekolah Pertanian "Helderweirdt" pada tahun 1936. "Helderweirdt" terpaksa tutup
pada zaman pendudukan Jepang dan menjadi kamp kerja paksa; kemudian pada tahun 1948 sekolah,
beserta dengan asrama, biara dan bangunan gerejanya, hancur karena bentrokan
fisik.Pada tahun 1950, Pater Bavo van der Ham, OCSO dari Biara Koningshoeven, Tilburg, Belanda diutus ke Indonesia oleh Kapitel Umum OCSO untuk menjajaki kemungkinan
didirikannya biara cabang di Indonesia. Setelah meninjau beberapa alternatif
lokasi,bekas sekolah di Rawaseneng itu
diputuskan sebagai tempat yang tepat untuk pendirian biara yang diharapkan, dan
pada tahun 1952 abbas Biara Koningshoeven datang sendiri mengunjungi tempat
tersebut serta memperoleh persetujuan Kapitel Umum untuk melanjutkan rencana
pendirian. Kongregrasi Bruder Budi Mulia
menghibahkan kompleks bangunan seluas 3 hektar itu kepada mereka.
Pada bulan Maret 1953 empat rahib dari
Tilburg, yakni Pater Balduinus Ten Hacken OCSO, Pater Nicasius Schilders OCSO,
Pater Silvester Oemen OCSO, dan Frater Maurus Corel OCSO, diutus ke Rawaseneng
untuk membantu Pater Bavo merintis pertapaan. Pembangunan pertapaan yang
dimulai sejak tahun 1952 terselesaikan pada tanggal 1 April 1953, yang ditetapkan sebagai tanggal berdirinya
Pertapaan Santa Maria Rawaseneng dan pembukaannya sebagai cabang dari biara
induk di Tilburg. Pada tanggal 3 November 1953, biara di
kompleks ini diresmikan dan Pater Bavo terpilih sebagai superior Pertapaan
Rawaseneng
kompleks bangunan Pertapaan Rawaseneng padamasa lampau.sumber : id.wikipedia.org
Keunikan:
Pertapaan Rawaseneng ini menjadi tempat strategis bagi para
rahib untuk menyepi dan berdoa. Jauh dari keramaian kota merupakan hal utama
yang dibutuhkan di tempat ini untuk membangun sebuah Pertapaan atau Biara Kudus
bagi para rahib.Keunikan pada tempat ini adalah perjalanan spiritual
bagi umat Katholik dalam meningkatkan Iman kepada Tuhan YME.Keseluruhan kompleks Pertapaan Santa Maria Rawaseneng
ini seluas 178 hektare yang selain terdapat peternakan babi dan sapi perah,
juga di belakang kompleks telah ditanami tanaman – tanaman yang bernilai
ekonomis contohnya pisang raja, dan lain sebagainya. di dalam kompleks biara
ini juga terdapat pembangkit tenaga listrik dengan dua turbin yang memanfaatkan
sumber air dari hutan.
Opini :
Tempat ini adalah pilihan destinasi religious yang tepat
untuk umat Katholik untuk mengetahui sejarah dan kehidupan.Yang saya kagumi
dari tempat ini adalah masih eratnya rasa toleransi antar umat beragama dalam
satu kawasan serta infrastruktur dan lingkungan yang mendukung untuk di datangi
wisatawan.
Kritik dan Saran :
Pertapaan Rowo Seneng merupakan destinasi wisata religi
favorit di Indonesia yang menandakan bahwa pengelola yang sangat baik.Hal yang
perlu diperhatikan adalah menjaga kebersihan kompleks, dan tetap berkoodinasi
dengan pemerintah daerah setempat untuk memperbaiki akses yang kurang seperti
jalan ,transportasi, papan penunujuk jalan serta peningkatan daya dukung
pembangunan dari sector pertanian,peternakan,perkebunan dan pengelolahan pangan
dari destinasi tersebut.
sumber :
Komentar
Posting Komentar