Wana Wisata "Jumprit" dengan Segala Pesonanya





sumber : instagram.com /exploretemanggung

Jumprit merupakan salah satu destinasi wisata di Temanggung yang memiliki beragam keindahan aik dari alam,budaaya,sejarah maupun kepercayaan.Banyak wisatawan yang datang ke tempat ini untuk menjawab semua keingintahuan mereka terhadap tempat yang penuh sejarah dan banyak berhubungan dengan ritual diberbagai tempat.Di tempat ini wisatawan dapat menikmati pemandian di Umbul Jumprit maupun berziarah ke makam ki Jumprit.





Akses Menuju Tempat : 
1. Dari Temanggung menuju ke Ngadirejo,setelah sampai di Pertigaan Ngadirejo belok kiri ke arah Dieng,sekitar 3 km dari Ngadirejo
2.Dari Wonosobo melalui Jalan Wonosobo Dieng kemudian setelah Pasar Garung masuk ke arah kanan arah Ngadirejo melalui Perkebunan Teh Tambi kemudian akan sampai ke Jumpri.
Biaya untuk masuk ke destinasi ini sebesar Rp.5000



Sejarah,Kisah dan Kepercayaan

Dulu keberadaan Umbul Jumprit hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja. Tetapi sejak awal tahun 1980-an, jumlah pengunjung terus meningkat, terutama mereka yang ingin berziarah ke makam Ki Jumprit dan mandi kungkum di Umbul Jumprit. Sehingga pada tanggal 18 Januari 1987, Pemerintah Kabupaten Temanggung menentapkan Jumprit sebagai Kawasan Wanawisata. Setahun kemudian, Kawasan itu diresmikan Gubernur Jawa Tengah (saat itu HM Ismail).

     Namun Jumprit sudah disebutkan dalam serat Centini, terutama dikaitkan dengan legenda Ki Jumprit yang merupakan ahli nujum di Kerajaan Majapahit. Ki Jumprit bukan hanya dikenal sakti mandraguna, tetapi juga salah seorang putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit.

     Dia meninggalkan kerajaan, agar bisa mengamalkan ilmu dan kesaktiannya kepada masyarakat luas. Perjalanan panjangnya berakhir di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Beberapa tokoh masyarakat meyakini, Ki Jumprit adalah leluhur dari masyarakat Temanggung yang tersebar di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing. Namun hal ini masih memerlukan kajian mendalam, terutama dari aspek kesejarahan.

    Yang pasti terdapat beberapa lokasi yang diyakini sebagai petilasan KI Jumprit. Makamnya pun berada tak jauh dari Umbul Jumprit. Dua lokasi inilah yang kerap dikunjungi peziarah, terutama komunitas tertentu yang terbiasa melakukan tirakat. Sebagai ahli nujum, Ki Jumprit pernah meramal suatu saat nanti Temanggung akan menjadi daerah makmur. Sebagian ramalannya terbukti benar. Petani di lereng Sumbing dan Sindoro relative hidup berkecukupan melalui tanaman tembakau. Komoditas ini mulai popular sejak awal tahun 1970-an.

     Tingkat pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat di Temanggung pun termasuk kelompok papan atas di Jawa Tengah, terutama jika dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Meskipun komoditas tembakau tidak lagi secemerlang dulu, kesejahteraan masyarakat Temanggung masih di atas rata-rata masyarakat Jawa Tengah.
makam Ki Jumprit.sumber : detik.travel.com

Dari sisi kepercayaan di destinasi ini masihmenerapkan local wisdom diantaranya :
  1. Mata air umbul mukti dipercaya dapat membuat awet muda, menyembuhkan penyakit kulit, bahkan dapat mengabulkan permintaan hanya dengan meminumnya.
  2. Tradisi peemparan celana dalam yang sengaja diatas bangunan yang menutupi makan Ki Jumprit atau bahkan berada di pohon-pohon sekitar mata air. Hal ini berhubungan dengan keyakinan yang membuang celana dalam mereka yaitu membuang sial dan mendatangkan rejeki.
  3. Dilarang berkata kasar dan bertindak asusila di daerah wana wisata karena dianggap akan mendapatkan kesialan
Keunikan :
1.Eksotisme Panorama Jumprit

                Wisatawan bisa menikmati udara segar dan indahnya pemandangan saat matahari terbit. Karena berada di lereng Sindoro, hawa ditempat ini cukup dingin. Airnya juga dingin, jernih dan menyegarkan. Wisatawan yang bermalam dianjurkan membawa jaket. Jika datang pada siang hari pun, pengunjung masih bisa merasakan sisa-sisa kesejukan saat memasuki kawasan hutan. Banyaknya belantara pepohonan dan letaknya yang berada di lereng Sindoro membuat hawa panas sepertinya enggan menyapa tempat tersebut. Wisatawan juga bisa bersau dengan sekawanan burung di alam bebas, yang akan selalu menyambut dengan ocehan yang salintg bersahutan. Atau bertemu sekawanan kera liar (sekitar 25-30 ekor) di lokasi wanawisata. Konon populasi kera ini tidak pernah bertambah atau berkurang.

2. Umbul Jumprit

     Di balik bangunan itulah terdapat Umbul Jumprit. Air dari umbul ini juga dimanfaatkan penduduk sekitar untuk keperluan sehari-hari, termasuk mengairi sawah dan kebun. Keberadaan umbul di antara belantara hutan juga menghadirkan panorama alam yang sungguh indah. Benar-benar menghibur hati ketika berada di antaranya. Mata air ini ridak pernah kering, meski saat kemarau panjang. Airnya sangat dingin (walau pada siang hari) serta sangat jernih, karena berasal dari sumber di pegunungan. Air inilah yang juga “mengisi” sungai Progo.

     Banyak peziarah yang bermeditasi dan mandi kungkum di sini. Puncak keramaian perziarah biasanya terjadi pada dua hari keramat “Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon”. Apalagi jika waktu sudah meninggalkan pukul 24.00. Seusai kungkum, mereka membuang pakaian dalam sebagai symbol membuang sial, sekaligus berharap rezeki baru bakal datang. Malam 1 Suro juga sangat ramai, didukung atraksi wisata di Sendang Sidukun, yaitu tradisi Suran Traji dengan aneka ritual menebar Jimat Pengantin Lurah Traji. Upacara ini sudah dilakukan ratusan tahun lalu, yaitu berupa kirab lurah.

     Jumprit juga menjadi tempat yang disucikan umat Budha di Indonesia. Setiap berlangsung upacara Trisuci Waisak di Candi Borobudur, air keberkahan selalu diambil dari umbul tersebut. Biasanya pengambilan air suci dilakukan tiga hari sebelum prayaan waisak. Berbagai tradisi yang masih lestari ini bisa dijadikan salah satu modal pendukung wisata Jumprit. Di dekat mata air terdapat maka Ki Jumprit, sosok ahli di Kerajaan Majapahit, yang selalu ramai dikunjungi peziarah untuk keperluan meditasi dan mandi kungkum


 Sejumlah biksu  dari Dewan Sangha mengambil air suci di Umbul Jumprit.sumber : kadangtemanggung.com

Opini :
Mata Air Jumprit merupakan destinasi wanawisata,sehingga alam yang dibangun dan dikembangkan di dalam hutan dengan tidak merubah fungsi pokoknya.Wisata alam ini sangat cocok sebagai preferensi liburan/ refreshing semata namun ada unsur edukasi dan toleransi sehingga sangat cocok bagi wisatawawan.

Kritik dan Saran :

1.Kinerja pengelola destinasi wisatamasihperlu ditingkatkan lagi dengan memperbaiki faktor-faktor yang mempengharuhi tingkat kepuasan wisatawan yaitu kualitas objek,fasilitas dan pelayanan.Untuk destinasi Obyek Wisata Jumprit pada aspek kualitas objek pengelola perlu memperbanyak variasi /deferensiasi atraksi.Pada aspek fasilitas pengelola perlu menambah rest area / gazebo  untuk piknik wisatawan serta aspek pelayanan perlu menambah personil pemandu wisata di lapangan.

2.Pengelola dan Pemerintah Kabupaten Temanggung perlu mempertimbangkan profil pekerjaan wisatawan yang berkunjung sehingga pengeloladan pemerintah  dalam upaya pengembangan destinasi wisata dapat menyesuaikan segmen pasar yang dituju dan dapat meningkatkan wisatawan serta fokus pada pembangunan fasilitas dan infrastruktur.

Sumber Referensi :
http://mytrip123.com/wisata-jumprit-di-ngadirjo-temanggung/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisata Religi di Pertapaan Santa Maria Rawaseneng,Temanggung

Tradisi Satu Suro Traji yang Tak Tergerus oleh zaman

ANALISIS PERBEDAAN BIRO PERJALANAN WISATA (BPW) DAN ONLINE TRAVEL AGENT ( OTA)