Wana Wisata "Jumprit" dengan Segala Pesonanya
Jumprit merupakan
salah satu destinasi wisata di Temanggung yang memiliki beragam keindahan aik dari alam,budaaya,sejarah maupun kepercayaan.Banyak wisatawan yang datang ke tempat ini untuk menjawab semua
keingintahuan mereka terhadap tempat yang penuh sejarah dan banyak berhubungan
dengan ritual diberbagai tempat.Di tempat ini wisatawan dapat menikmati pemandian di Umbul Jumprit maupun berziarah ke makam ki Jumprit.
pintu masuk menuju Mata Air Jumprit.sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi43JkZBzvqvcvyY4IQqWl6TRw9W8A4Sfbhg41EQfFBKgltx2P1uXBq_CrhFIo-J7UOlzjTAcR9T2T_Q11CF0oagWAsSq_GV5ob43DH9m0AlRraq1k9NyGn-IR055ME2LDg39uP_osWmM-c/s1600/JUMPRIT+5.jpg
Akses Menuju Tempat :
1. Dari Temanggung menuju ke Ngadirejo,setelah sampai di Pertigaan Ngadirejo belok kiri ke arah Dieng,sekitar 3 km dari Ngadirejo
2.Dari Wonosobo melalui Jalan Wonosobo Dieng kemudian setelah Pasar Garung masuk ke arah kanan arah Ngadirejo melalui Perkebunan Teh Tambi kemudian akan sampai ke Jumpri.
Biaya untuk masuk ke destinasi ini sebesar Rp.5000
Sejarah,Kisah dan Kepercayaan
Dulu keberadaan Umbul Jumprit hanya diketahui oleh kalangan
tertentu saja. Tetapi sejak awal tahun 1980-an, jumlah pengunjung terus
meningkat, terutama mereka yang ingin berziarah ke makam Ki Jumprit dan mandi
kungkum di Umbul Jumprit. Sehingga pada tanggal 18 Januari 1987, Pemerintah
Kabupaten Temanggung menentapkan Jumprit sebagai Kawasan Wanawisata. Setahun
kemudian, Kawasan itu diresmikan Gubernur Jawa Tengah (saat itu HM Ismail).
Namun Jumprit sudah
disebutkan dalam serat Centini, terutama dikaitkan dengan legenda Ki Jumprit
yang merupakan ahli nujum di Kerajaan Majapahit. Ki Jumprit bukan hanya dikenal
sakti mandraguna, tetapi juga salah seorang putra Prabu Brawijaya, Raja
Majapahit.
Dia meninggalkan kerajaan, agar bisa mengamalkan ilmu dan kesaktiannya kepada masyarakat luas. Perjalanan panjangnya berakhir di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Beberapa tokoh masyarakat meyakini, Ki Jumprit adalah leluhur dari masyarakat Temanggung yang tersebar di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing. Namun hal ini masih memerlukan kajian mendalam, terutama dari aspek kesejarahan.
Yang pasti terdapat beberapa lokasi yang diyakini sebagai petilasan KI Jumprit. Makamnya pun berada tak jauh dari Umbul Jumprit. Dua lokasi inilah yang kerap dikunjungi peziarah, terutama komunitas tertentu yang terbiasa melakukan tirakat. Sebagai ahli nujum, Ki Jumprit pernah meramal suatu saat nanti Temanggung akan menjadi daerah makmur. Sebagian ramalannya terbukti benar. Petani di lereng Sumbing dan Sindoro relative hidup berkecukupan melalui tanaman tembakau. Komoditas ini mulai popular sejak awal tahun 1970-an.
Tingkat pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat di Temanggung pun termasuk kelompok papan atas di Jawa Tengah, terutama jika dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Meskipun komoditas tembakau tidak lagi secemerlang dulu, kesejahteraan masyarakat Temanggung masih di atas rata-rata masyarakat Jawa Tengah.
makam Ki Jumprit.sumber : detik.travel.com
Dari
sisi kepercayaan di destinasi ini masihmenerapkan local wisdom diantaranya :
- Mata air umbul mukti dipercaya
dapat membuat awet muda, menyembuhkan penyakit kulit, bahkan dapat
mengabulkan permintaan hanya dengan meminumnya.
- Tradisi peemparan celana dalam yang sengaja diatas bangunan yang menutupi makan Ki Jumprit atau bahkan berada di pohon-pohon sekitar mata air. Hal ini berhubungan dengan keyakinan yang membuang celana dalam mereka yaitu membuang sial dan mendatangkan rejeki.
- Dilarang berkata kasar dan bertindak asusila di daerah wana wisata karena dianggap akan mendapatkan kesialan
Keunikan :
1.Eksotisme Panorama Jumprit
Wisatawan bisa menikmati udara segar dan indahnya pemandangan saat matahari terbit. Karena berada di lereng Sindoro, hawa ditempat ini cukup dingin. Airnya juga dingin, jernih dan menyegarkan. Wisatawan yang bermalam dianjurkan membawa jaket. Jika datang pada siang hari pun, pengunjung masih bisa merasakan sisa-sisa kesejukan saat memasuki kawasan hutan. Banyaknya belantara pepohonan dan letaknya yang berada di lereng Sindoro membuat hawa panas sepertinya enggan menyapa tempat tersebut. Wisatawan juga bisa bersau dengan sekawanan burung di alam bebas, yang akan selalu menyambut dengan ocehan yang salintg bersahutan. Atau bertemu sekawanan kera liar (sekitar 25-30 ekor) di lokasi wanawisata. Konon populasi kera ini tidak pernah bertambah atau berkurang.
2. Umbul Jumprit
Di
balik bangunan itulah terdapat Umbul Jumprit. Air dari umbul ini juga
dimanfaatkan penduduk sekitar untuk keperluan sehari-hari, termasuk mengairi
sawah dan kebun. Keberadaan umbul di antara belantara hutan juga menghadirkan
panorama alam yang sungguh indah. Benar-benar menghibur hati ketika berada di
antaranya. Mata air ini ridak pernah kering, meski saat kemarau panjang.
Airnya sangat dingin (walau pada siang hari) serta sangat jernih, karena
berasal dari sumber di pegunungan. Air inilah yang juga “mengisi” sungai Progo.
Banyak
peziarah yang bermeditasi dan mandi kungkum di sini. Puncak keramaian perziarah
biasanya terjadi pada dua hari keramat “Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon”.
Apalagi jika waktu sudah meninggalkan pukul 24.00. Seusai kungkum, mereka
membuang pakaian dalam sebagai symbol membuang sial, sekaligus berharap rezeki
baru bakal datang. Malam 1 Suro juga sangat ramai, didukung atraksi wisata
di Sendang Sidukun, yaitu tradisi Suran Traji dengan aneka ritual menebar Jimat
Pengantin Lurah Traji. Upacara ini sudah dilakukan ratusan tahun lalu, yaitu
berupa kirab lurah.
Jumprit
juga menjadi tempat yang disucikan umat Budha di Indonesia. Setiap berlangsung
upacara Trisuci Waisak di Candi Borobudur, air keberkahan selalu diambil dari
umbul tersebut. Biasanya pengambilan air suci dilakukan tiga hari sebelum
prayaan waisak. Berbagai tradisi yang masih lestari ini bisa dijadikan salah
satu modal pendukung wisata Jumprit. Di dekat mata air terdapat maka Ki
Jumprit, sosok ahli di Kerajaan Majapahit, yang selalu ramai dikunjungi
peziarah untuk keperluan meditasi dan mandi kungkum
Sejumlah biksu dari Dewan Sangha mengambil air suci di Umbul Jumprit.sumber : kadangtemanggung.com
Opini :
Mata Air Jumprit merupakan destinasi wanawisata,sehingga alam yang dibangun dan dikembangkan di dalam hutan dengan tidak merubah fungsi pokoknya.Wisata alam ini sangat cocok sebagai preferensi liburan/ refreshing semata namun ada unsur edukasi dan toleransi sehingga sangat cocok bagi wisatawawan.
Kritik dan Saran :
1.Kinerja pengelola destinasi wisatamasihperlu ditingkatkan lagi dengan memperbaiki faktor-faktor yang mempengharuhi tingkat kepuasan wisatawan yaitu kualitas objek,fasilitas dan pelayanan.Untuk destinasi Obyek Wisata Jumprit pada aspek kualitas objek pengelola perlu memperbanyak variasi /deferensiasi atraksi.Pada aspek fasilitas pengelola perlu menambah rest area / gazebo untuk piknik wisatawan serta aspek pelayanan perlu menambah personil pemandu wisata di lapangan.
2.Pengelola dan Pemerintah Kabupaten Temanggung perlu mempertimbangkan profil pekerjaan wisatawan yang berkunjung sehingga pengeloladan pemerintah dalam upaya pengembangan destinasi wisata dapat menyesuaikan segmen pasar yang dituju dan dapat meningkatkan wisatawan serta fokus pada pembangunan fasilitas dan infrastruktur.
Sumber Referensi :
http://mytrip123.com/wisata-jumprit-di-ngadirjo-temanggung/
Komentar
Posting Komentar